IMPERALISME GLOBAL DAN KOLONIAL INDONESIA MENGHANCURKAN INDENTITAS BANGSA PAPUA
Akar adat dan budaya itu mulai tercabut perlahan dan kering sejak tahun 1545 penjelajah asal Spanyol, Inigo Ortiz de Retes menginjakkan kaki di tanah besar yang dihuni oleh manusia berkulit hitam dan rambut keriting ini. Ia memberi nama Nova–Guinea (Guinea Baru) karena tanah dan manusia yang sama pernah dilihatnya di Guinea, Afrika Barat. Kontak antara manusia rambut keriting dan kulit hitam pemilik pulau ini makin intens dengan para pendatang (pedagang) dari Tidore, misionaris Jerman dan Belanda. Selebihnya, Indonesia datang dan menguasai pulau ini, tanpa memedulikan penduduknya.
Sejak saat itu, pulau ini dikerumuni oleh banyak pendatang dengan berbagai maksud dan tujuan. Orang pendatang juga yang memberi nama atas pulau ini berdasarkan kepentingannya, mulai dari de Retes (Nova-Guinea), Indonesia (bahasa dalam bahasa Biak, Irian), dan terakhir orang asli Papua sepakat menggunakan nama Papua.
Orang Papua harus berjuang keras untuk merebut dan menemukan kembali indentitasnya sebagai suatu bangsa yang di hancurkan oleh kolonialisme Indonesia dan Imperalisme global. menuju kepunahan dari konspirasi Kolonialisem Indonesia kapitalis dan Imperalisme global yang menjadi anaman serius hari ini.
Indentitas bangsa Papua benar-benar dihancurkan oleh imperalisme Global dan kelaborasi dengan Kolonial indonesia dengan menjadikan wilayah teritori west Papua sebagai wilayah koloninya sejak 1 Mei 1963 sampai dengan saat ini.
Pengusa kolonial indonesia membunuh indenditas bangsa Papua mulai dari budaya, adat bahasa dan morali serta Nasinalisme kepribadian bangsa papua akibat pengarus kolonial. Budaya sudah hancur adat sudah hancur, moral sudah hanur, bahasa mulai punah dan terkhir pemusnahan manusia secara systematis masif dan terstruktur.
Indentitas Orang Papua itu berkulit hitam, berambut keriting , kebiasaan hidup yang khas dan bahasa sarana komunikasi yang berbeda dari satu wilayah ke wilayah lain itu kekayaan budaya manusia Papua.
Namun, warisan identitas orang Papua kini mulai terkikis akibat kekuatan budaya politik dan ekonomi. Kekuatan politik dan ekonomi telah merubah pola pikir orang Papua. Orang Papua melihat budaya luar lebih manusiawi daripada budayanya sendiri.
“Mau memberi nama dan gunakan nama adat saja lupa, bahkan alergi. Kalau ini saja tidak, apa lagi yang lain? Sangat tidak mungkin kita pastikan orang Papua peduli.
Kalau identitas dirinya lupa, , masa depan orang Papua yang tahu diri dan budaya sangat tidak bisa diharapkan. Banyak orang Papua yang akan hidup tanpa pondasi atau landasan hidup. “ Ini fakta terkini yang menjadi gambaran besok. Orang papua keluar dari norma yang ditentukan nenek moyang. Ke depan masuk surga dan neraka. Adat dinilai kuno. Entah kuno atau modern, adat itu pondasi membangun diri.”. Semua orang papua harus s adar akan indetitas dirinya.
Dalam Antropologi menjelaskan bahwa secara universal ada tujuh unsur kebudayaan di setiap komunitas, suku/etnik, kaum, dan bangsa. Tujuh unsusr kebudayaan yang dimaksudkan adalah Bahasa, kesenian, organisasi sosial, Teknologi atau peralatan hidup, religi, sistem pengetahuan dan sistem mata pencaharian hidup. Tujuh unsur kebudayaan ini tentunya tidak terlepas dari kehidupan setiap insan. Dan ketujuh unsur ini saling berkaitan antara satu dan lainnya. Jika salah satu dari ketujuh unsur ini tidak diwariskan dari generasi satu kepada generasi berikutnya maka akan berujung pada punuhnya unsur tersebut.
Akar memberi hidup. Tanpa akar, tak ada hidup dan kehidupan. Bagi orang asli Papua, ketika akar adat dan budaya kering, sebenarnya tidak ada lagi hidup dan kehidupan. Sayangnya, Papua “mati suri” ini tidak disadari, bahkan dilupakan. Akibatnya, orang asli Papua kian merana.
Orang asli Papua hidup di negeri matahari terbit, tetapi tidak pernah mengalami mentari dan sang fajar timur. Orang asli Papua hanya mengalami malam kelam, tatkala sang mentari kembali ke peraduannya. Tercabut dari akar adat dan budaya seperti hidup dalam malam kelam yang panjang, tak kunjung mengalami indahnya sang mentari terbit di ufuk timur.
Gereja juga Ikut menghancurkan Indentitas Orang Papua
Pengaru Imperalis dan kolonial Indonesia gereja ikut menghancurkan indentitas bangsa Papua. Saya tidak protes tentang kebenaran firman tuhan tetapi organisasi atau lembaga gereja atas nama agama.
Pengarus gereja, Misionaris telah menghancurkan indentitas bangsa Papua, Orang Papua telah kehilangan jati dirinya sebagai sebuah bangsa yang memiliki nilai-nilai budaya dan adat serta segala sesuatu yang berkaitan dengan kebubudaya. Sesungguhnya budaya dan adat adalah simbol diberikan Tuhan, namun gereja telah menghancurkan dengan alasan budaya dan adat adalah tindakan berhala. Sebenarnya kata penyembahan berhala hanya istikma Imperalisme global untuk memusnakan indentitas orang Papua.
Para pedeta-pendeta Atau penginjil jalan dari kampung ke kampung dan menghancurkan dan memusnahkan semua barang-barang sakral yang merupakan indenditas dan norma-norma serta ajaran-ajaran positif mempertahankan indentitas bangsa Papua.
Gereja Protestan yang merupakan ajaran imperalisme global memusnahkan segala sesuatu yang berkaitan dengan adat dan budaya dengan alasan menyembah berhala. Akibatnya orang Papua sudah kehilangan jati diri dan indentitasnya sebagai sebuah bangsa. Gereja Katolik sedikit masih baik, karena ajaran Gereja Katolik diwartakan dan diletakkan di atas pondasi adat dan budaya sedangkan gereja prostetan penuh dengan kepentingan Imperalis dan kapitalisme global sehingga Indntita orang papua dimusnakan untuk kepentingan Ekonomi Di Papua Barat.
Hal yang memicu orang Papua barat sudah kehilangan indentitasnya sebagai bangsa yang besar. Orang Papua mengadopsi budaya-budaya luar yang merusak moralitas orang Papua, budaya Seks Bebas, budaya minum mabuk, budaya korupsi dan budaya pencuri. Sesungguhnya orang Papua sebelum gereja-gereja ada di papua terlebih dahulu mengenal 10 hukum tuhan, melalui adat dan budaya yang diwariskan oleh Tuhan melalui nenekmoyang bangsa ini.
Sesungguhnya adat dan budaya itu penting, adat dan budaya itu kekuatan, adat dan budaya itu warisan luhur dan juga Indentitas . yang paling penting adat dan budaya itu bukan berhala.
Agama datang di papua terkontaminasi dengan adat dan budaya dimana agama itu lahir berkembang disana . Misalnya, agama Kristen cenderung terkontaminasi dengan budaya Eropa (belakangan agama Protestan di Papua cenderung berbudaya “Yahudi- ”atau “israelan”).
Agama Islam cenderung terkontaminasi dengan adat dan budaya Arab, agama Hindu dan Budha cenderung terkontaminasi dengan adat dan budaya India, agama Yahudi cenderung terkontaminasi dengan adat dan budaya Yahui/Israel (bahkan adat dan budaya Yahudi itulah yang dianut sebagai “agama” Tahudi).
Aagama Kong Hu Chu cenderung terkontaminasi dengan adat dan budaya Thionghoa (bahkan adat dan budaya Thionghoa itulah yang dianut sebagai “agama” Kong Hu Chu), dan agama lain pun cenderung demikian.
Agama Kristen telah terkontaminasi dengan adat dan budaya Eropa sekarang di Papua agama Protestan cenderung berbudaya “Yahudi atau Israel”),. Gereja-gereja kristen protestan di Papua secara tidak langsung menyebarkan budaya Eropa dan budaya Yahudi/Israel menghancurkan budaya yang merupakan indentitas Orang Papua.
Satu hal yang menarik adalah adat dan budaya Eropa atau Yahudi/Israel diwartakan, tetapi pada saat yang sama adat dan budaya orang Papua dimusnahkan atas nama kebenaran dengan istikma penyembahan berhala. Sedangkan adat, budaya dan tradisi Eropa dan budaya Yahudi/Israel) dianggap “firman Tuhan”. Adat dan budaya Papua dianggap “firman Iblis”, kata yang kita kenal adalah penyembahan berhala maka harus dihancurkan. Secara tidak langsung para pengurus gereja para pendeta-pendeta Majelis ( Manusia Jenis Iblis) “Tim Sukses” menyebarkan kepentingan Imperalisme global dan menjadi agen Intelejen Israel (Mossad) serta agen CIA.
Gereja menjalakan Visi dan Misi Imperalisme Global dan Menghancurkan Indentitas dan hirarki bangsa Papua. gereja -gereja protetan yang ada di papua kepentingan imperalisme global, yang ingin menguasai sumerdaya alam melimpah di tanah ini.
Gereja Protestan di Papua yang tidak mampu membedakan antara “ajaran Alkitab” dan “ajaran Adat”. Akibatnya, ajaran adat dan budaya serta tertradisi luar yang terselip dalam ajaran Alkitab dianggap benar dan diagung-agungkan sebagai “firman Tuhan, sesungguhnya ada budaya dan teradisi orang luar ada didalamnya.
Sedangkan ajaran adat dan budaya yang tidak terkontaminasi dalam ajaran Alkitab dianggap kafir dan dihancurkan.
Adat dan budaya Eropa atau Yahudi dianggap, benar, jika orang papua bicara indenditas atau ajaran adat dan budaya Papua dimusuhi, dilecehkan, dan dihancurkan dengan stikmaikmanisasi penyembaha berhala dan diangkap ajaran iblis. Hal ini tidak terlepas juga dengan Stikma yang dikunakan kapitalis kepada kepada orang –orang yang berpaham sosialis dengan stikma komunis, seperti Rusia kore Utara dan negara sosialis Lainya, untuk kepentingan kekuasan imperalisme Global.
Selain para pendeta itu tidak mampu membedakan antara ajaran Alkitab dan ajaran Adat, banyak dedominasi Gereja Protestan di Papua yang mempunyai “tradisi memahami isi Alkitab secara parsial dan hanya tekstual”. Isi Alkitab selalu dipahami secara sepotong-potong dan terpisah-pisah. Isi Alkitab selalu dipahami hanya secara tekstual tanpa dikaitkan dengan kondisi kontekstual (perkembangan zaman; waktu dan tempat dimana isi Alkitab itu disebar luaskan di papua. Seakan akan Papua diangkap sebagai “Israel atau Eropa.
Padahal saat injil dari Eropa masuk “Papua di abad 20 dan abad 21”. Sampai sekarang seharusnya pemaknaan, penafsiran, dan peruntukan firman Tuhan sesuaikan dengan agama dan melanesia tata ibadah juga harus sesuikan dengan kondisi ril di papua” .
Jika adat dan budaya Papua diangkap ajaran kafir yang harus dihancurkan dan dimusnahkan. Beberapa pertanyaan yang kita harus jawab adalah, setelah Agama berhasil menghancurkan Adat dan budaya Papua telah hancur dan musnah, sekarang orang Papua menganut budaya Eropa atau Yahudi apa hasil yang kita dapatkan di Papua ? ajaran Eropa dan Yahudi yang terselib di dalam ajaran Alkitab di Papua apa dampak postifnya ? Apakah kita telah menjadi orang-orang beradab? Apakah kita telah menjadi orang-orang yang beretika dan bermoral?
Apakah kita telah menjadi orang-orang yang bercinta-kasih? Apakah kita telah menjadi orang-orang yang telah bahagia dan sejahtera? Apakah kita telah menjadi orang-orang yang sukses dalam pembangunan? Apakah kita menjadi orang-orang yang telah memenuhi syarat untuk masuk surga? Atau jangan-jangan kita sudah tidak menjadi apa-apa lagi; tidak laku di dunia dan tidak laku di surga?
Sebaliknya akibabat dari kita menghancurkan budaya dan norma-norma yang ada dalam adat di papua akibatnya, Pembunuhan, Pemerkosaan, Seks bebas, Minum mabuk, Pencuri, korupsi dan penyakit HIV /AIDS kita menjadi manusia instan, manusia liberal hidup ketergantungan pada budaya luar. Segala sesuatu ditentukan dengan uang, orang papua lupa berkebun lupa berburu lupa cari ikan di laut, duduk rumus togel, main judi di pasar, dan kasi makan keluarga dan ternak peliharaan di kandang dengan beras raskin.
Dengan demikian yang paling penting kedepan adalah “revolusi” untuk menemukan jati diri dan Indentitas Bangsa Papua. Segenap orang di Papua yang beragama Kristen harus merevolusi otak, merevolusi hati, dan merevolusi tindakan dalam memahami dan/atau menghayati dan mengamalkan firman Tuhan yang diajarkan melalui Alkitab secara sungguh-sungguh. Harus dipahami, kita baru mengenal dan baru beragama Kristen tetapi leluhur kita sudah ada sebelum kita mengenal dan beragama Kristen.
ADAT BUDAYA ADALAH INDENDITAS BANGSA
Papua, satu pulau besar yang secara politis dibagi menjadi dua negara, Papua New Guinea di bagian Timur dan Papua di bagian Barat, yang kini dikuasai oleh Penguasa indonesia dan dijadikan sebagai wilayah koloninya. Sampai saat ini, Papua masih menyisakan sejumlah misteri Papua masih menjadi wilayah bermasalah karena akar persoalanyaakar persoalan politiknya belum diselesaikan sampai dengan saat ini yakni proses Aneksai 1 mei 1969, Pepera 1969 yang dipaksakan dan tidak sejalan dengan semangat New York Agreement 15 Agustus 1962, pelanggaran hak asasi manusia di bidang sosial budaya dan sipil politik.
Selain itu, Papua juga sedang mengalami degradasi adat-istiadat dan budaya, yang menjelma dalam maraknya minuman keras (Miras), HIV/AIDS, korupsi, perusakan lingkungan hidup (hutan) dan lambatnya pertumbuhan orang asli Papua. Situasi darurat saat ini adalah memudarnya adat dan budaya orang asli Papua. Proses interaksi antara orang asli Papua dengan kaum imigran, yang datang dengan berbagai tawaran perubahan menyebabkan orang asli Papua mulai meninggalkan adat dan budayanya.
Orang Papua harus berjuang keras dan menemukan indetitanya kembali, kita tidak boleh menjadi manusia Intan, kita tidak boleh menjadi manusia Liberal. kita bangsa papua adalah bangsa yang besar kita harus kembali ke akar indentitas kita.
Gimbal Nesta Ones Suhuniap
0 komentar: